ISLAM CHANNEL -- Seorang pria Arab bernama Khalid
sedang menggembalakan kambing di wilayah Kaffa, selatan Ethiopia. Dia
memperhatikan kambingnya menjadi terlihat lebih bergairah dan bersemangat
setelah memakan buah-buahan kecil, seperti beri yang berwarna gelap. Rasa
penasaran membuatnya memetik dan membawa pulang buah-buahan yang dimakan sang
kambing.
Sesampai
di rumah, dimasaklah buah-buahan yang ternyata mengandung biji yang cukup besar
itu. Khalid telah membuat minuman kopi pertama dari buah yang awalnya disebut
bun itu. Sejak itu, biji kopi diekspor dari Ethiopia ke Yaman pada abad ke-10.
Hingga akhir abad ke-15, kopi telah mencapai Makkah dan Turki, baru kemudian
bisa dinikmati masyarakat Mesir.
Di
Timur Tengah, orang orang sufi menyeruput kopi untuk alasan yang sama dengan
peminum kopi saat ini, yakni agar bisa tetap terjaga. Para sufi memerlukan kopi
untuk membantu dalam ritual-ritual zikir semalam suntuk. Penganut tarekat
diyakini menyebarkan kopi di dunia Arab pada abad 13 sampai 15 M. Karena
itulah, kopi menyebar ke seluruh dunia, tak hanya lewat pedagang dan pengelana,
tapi juga lewat para jamaah haji.
Diawali
seorang syekh dari tarekat Sya dziliyah yang memperkenalkan minum kopi di
Ethiopia. Tidak jelas siapa tokoh itu, namun diyakini beliau adalah Abul Hasan
Ali ibn Umar yang duduk sebagai hakim di pemerintahan Sultan Sadaddin II di
selatan Ethiopia.
Syekh
Ali kemudian pulang kembali ke Yaman sambil membawa pengetahuan bahwa biji kopi
tak hanya bisa dimakan, tapi juga bisa membuat badan terjaga semalaman. Saat
ini, sang syekh dinobatkan sebagai wali bagi para petani kopi dan tentu saja
para penikmat kopi. Di Aljazair, kopi kadang disebut sebagai “syadziliyah”,
sebagai penghormatan untuk sang wali kopi itu.
Minuman
kopi diberi nama qahwa, kata yang biasanya dinisbahkan untuk anggur. Bagi orang
Eropa yang mengenal kopi sebagai minuman keren dari Arabia, mereka menyebutnya
sebagai “anggur dunia Islam.” Bila para sufi memperkenalkan cara membuat kopi
dengan memasak bubuk kopi dalam air, orang Persia menemukan bahwa memanggang
biji kopi akan lebih mengeluarkan aromanya.
Seorang
sufi bernama Shadili Abu Bakar ibn Abdullah Alaydrus sangat terpesona dengan
efek yang ditimbulkan kopi sehingga dia menciptakan sebuah puisi (qasidah) untuk
kopi. Para penikmat kopi pada masa itu bahkan memperkenalkan istilah marqaha
untuk euforia dari efek minum kopi.
Shaikh
ibn Ismail Ba Alawi menyatakan bahwa meminum kopi yang ditujukan untuk
memperkuat ibadah dan keimanan bisa mengantarkan pada kondisi qahwa ma’nawiyah
(qahwa yang ideal) dan qahwa al-Sufiyya, kondisi yang menyenangkan ketika
seorang hamba Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia tersembunyi di dunia ini
dan dunia langit.
Para
darwis dari Tarekat Syadziliyah ini termasuk penganut sufi yang paling aktif
dalam segala urusan duniawi. Konon, pendiri tarekat ini, Shaikh Abul Hasan
asy-Syadzili enggan mengangkat murid yang belum mempunyai pekerjaan. Maka, kopi
dipandang memberi manfaat untuk mendongkrak gairah kerja yang pada akhirnya
bisa mendorong perekonomian.
Di Makkah, tempat pertemuan para jamaah haji dari seluruh penjuru dunia Islam, kopi sangatlah populer. Menurut sejarawan Arab, kopi bahkan disajikan di Masjidil Haram. Karenanya, jarang sekali ada acara zikir atau maulid tanpa adanya suguhan kopi. Al Azhar, Mesir, juga menjadi pusat dari acara minum kopi yang kemudian dijadikan ritual resmi. Penulis abad ke-16, Ibnu Abdul Ghaffar, menceritakan mengenai suasana pertemuan para darwis atau penganut sufi di Kairo.
Di Makkah, tempat pertemuan para jamaah haji dari seluruh penjuru dunia Islam, kopi sangatlah populer. Menurut sejarawan Arab, kopi bahkan disajikan di Masjidil Haram. Karenanya, jarang sekali ada acara zikir atau maulid tanpa adanya suguhan kopi. Al Azhar, Mesir, juga menjadi pusat dari acara minum kopi yang kemudian dijadikan ritual resmi. Penulis abad ke-16, Ibnu Abdul Ghaffar, menceritakan mengenai suasana pertemuan para darwis atau penganut sufi di Kairo.
‘’Mereka
minum kopi setiap Senin dan Jumat, menyajikannya dalam wadah yang besar terbuat
dari tanah liat merah. Sang pemimpin kemudian menyendokkan minuman itu dan
membagikan kepada para pengikutnya, mulai dari sebelah kanan, sambil mereka
menggumamkan lafaz-lafaz tertentu, biasanya La Ilaha illAllah.’’ Para sufi di
Yaman pada masa lalu meminum kopi sambil melafalkan ratib, zikir dengan
mengulang-ulang kata Ya Qawiyyu (Wahai Pemilik Segala Kekuatan) sampai 116
kali.
Legenda kopi melangkah lebih jauh lagi dengan adanya cerita dari Persia bahwa minuman itu pernah disajikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang sedang tidur. Cerita lain menyebutkan bahwa Raja Sulaiman pernah menyembuhkan penduduk satu kota yang menderita penyakit misterius dengan menyajikan minuman dari biji kopi yang dipanggang. Konon, hal itu atas perintah Malaikat Jibril.
Legenda kopi melangkah lebih jauh lagi dengan adanya cerita dari Persia bahwa minuman itu pernah disajikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad yang sedang tidur. Cerita lain menyebutkan bahwa Raja Sulaiman pernah menyembuhkan penduduk satu kota yang menderita penyakit misterius dengan menyajikan minuman dari biji kopi yang dipanggang. Konon, hal itu atas perintah Malaikat Jibril.
0 comments:
Posting Komentar