“Jagalah
Allah, maka Allah akan Menjagamu.. “ (HR. Tirmizi)
ISLAM CHANNEL -- Kalimat emas di atas adalah potongan dari pesan Nabi SAW kepada sahabat kecilnya, Abdullah bin Abbas. Melalui putra pamannya itu, Nabi SAW mengajarkan kita semua bila kita Menjaga Allah sebaik-baiknya, Allah pasti akan menjaga kita dengan penjagaan yang melebihi kita upayakan.
Menjaga Allah menurut para ulama artinya menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah-perintah, dan larangan-larangan Allah.
Lebih jauh lagi bentuk penjagaan itu dengan berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangannya, dan tidak melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya. Jika semua itu dikerjakan, maka ia termasuk orang yang menjaga Allah sebaik-baiknya.
Termasuk di dalam upaya menjaga Allah adalah menjaga lisan dari mengucapkan kata-kata kotor, melakukan provokasi, sumpah palsu, menggunjing, dan berbohong. Menjaga perut dari makan dan minum barang-barang yang haram atau syubhat. Menjaga kemaluan agar tidak terjerembab dalam hubungan terlarang.
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang bisa menjaga di antara dua rahangnya (mulut) dan dua kakinya (kemaluan), maka dia masuk surga.” (HR. Hakim)
Berkata Abu Idris Al-Khaulani bahwa titah yang pertama kali disampaikan Allah kepada Adam saat turun ke dunia adalah hendaklah dia menjaga kemaluannya. Dikatakan kepadanya, “janganlah kamu menggunakannya melainkan kepada yang halal bagimu.”
Orang yang menjaga Allah berarti dia memuliakan-Nya, menjaga hak-Nya, selalu mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, serta mencintai-Nya dan menjadikan cinta tersebut sebagai dasar hidupnya. Hidupnya hanya untuk meraih ridha-Nya.
Jika seseorang telah memuliakan Allah dan memberikan hak Allah berarti dia telah berserah diri, tawakkal, ridha dengan ketetapan-Nya, bersedia dibimbing oleh-Nya. Dia juga tidak akan menyalahi perintah-Nya, tidak bersekutu untuk memerangi agama-Nya dan syiar-syiar-Nya.
Konsekuensi dari menjaga Allah adalah Allah akan menjaga Hamba-Nya tersebut. Menurut Ibnu Rajab, penjagaan Allah itu mengandung dua unsur.
Pertama, Allah akan menjaga hambanya dengan memenuhi kebutuhan dunianya seperti terjaga badan, anak, keluarga, dan hartanya. Kedua, Allah akan menjaga agama dan imannya. Hamba itu terjaga dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan.
Agamanya terjaga hingga hamba itu meraih husnul khatimah saat menutup matanya di akhir hayatnya. Penjagaan kedua ini lebih mulia dibanding yang pertama.
Betapa luar biasa balasan dan penghargaan Allah kepada hamba-Nya. Kita sadari betapapun upaya kita menjaga Allah, tetap saja kita tidak akan pernah bisa melakukan yang terbaik sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, Allah selalu membalas dengan balasan terbaik yang sejatinya itu belum pantas untuk kita.
Sumber : Republika.co.id
ISLAM CHANNEL -- Kalimat emas di atas adalah potongan dari pesan Nabi SAW kepada sahabat kecilnya, Abdullah bin Abbas. Melalui putra pamannya itu, Nabi SAW mengajarkan kita semua bila kita Menjaga Allah sebaik-baiknya, Allah pasti akan menjaga kita dengan penjagaan yang melebihi kita upayakan.
Menjaga Allah menurut para ulama artinya menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah-perintah, dan larangan-larangan Allah.
Lebih jauh lagi bentuk penjagaan itu dengan berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangannya, dan tidak melampaui batasan yang dilarang oleh-Nya. Jika semua itu dikerjakan, maka ia termasuk orang yang menjaga Allah sebaik-baiknya.
Termasuk di dalam upaya menjaga Allah adalah menjaga lisan dari mengucapkan kata-kata kotor, melakukan provokasi, sumpah palsu, menggunjing, dan berbohong. Menjaga perut dari makan dan minum barang-barang yang haram atau syubhat. Menjaga kemaluan agar tidak terjerembab dalam hubungan terlarang.
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang bisa menjaga di antara dua rahangnya (mulut) dan dua kakinya (kemaluan), maka dia masuk surga.” (HR. Hakim)
Berkata Abu Idris Al-Khaulani bahwa titah yang pertama kali disampaikan Allah kepada Adam saat turun ke dunia adalah hendaklah dia menjaga kemaluannya. Dikatakan kepadanya, “janganlah kamu menggunakannya melainkan kepada yang halal bagimu.”
Orang yang menjaga Allah berarti dia memuliakan-Nya, menjaga hak-Nya, selalu mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, serta mencintai-Nya dan menjadikan cinta tersebut sebagai dasar hidupnya. Hidupnya hanya untuk meraih ridha-Nya.
Jika seseorang telah memuliakan Allah dan memberikan hak Allah berarti dia telah berserah diri, tawakkal, ridha dengan ketetapan-Nya, bersedia dibimbing oleh-Nya. Dia juga tidak akan menyalahi perintah-Nya, tidak bersekutu untuk memerangi agama-Nya dan syiar-syiar-Nya.
Konsekuensi dari menjaga Allah adalah Allah akan menjaga Hamba-Nya tersebut. Menurut Ibnu Rajab, penjagaan Allah itu mengandung dua unsur.
Pertama, Allah akan menjaga hambanya dengan memenuhi kebutuhan dunianya seperti terjaga badan, anak, keluarga, dan hartanya. Kedua, Allah akan menjaga agama dan imannya. Hamba itu terjaga dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan.
Agamanya terjaga hingga hamba itu meraih husnul khatimah saat menutup matanya di akhir hayatnya. Penjagaan kedua ini lebih mulia dibanding yang pertama.
Betapa luar biasa balasan dan penghargaan Allah kepada hamba-Nya. Kita sadari betapapun upaya kita menjaga Allah, tetap saja kita tidak akan pernah bisa melakukan yang terbaik sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, Allah selalu membalas dengan balasan terbaik yang sejatinya itu belum pantas untuk kita.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Posting Komentar