ISLAM CHANNEL -- Hari ini kita harus belajar
banyak pada Uwais al-Qarni (w 657 M). Belajar untuk tetap yakin bahwa Allah pasti akan
membalas sekecil apa pun kebaikan kita meski sepi dari apresiasi manusia.
Sosok sejarah ini teramat agung di mata Allah dan Rasul-Nya. Buah
keikhlasan dan kesabarannya, Allah menyilakan sebelum ia masuk surga nanti
untuk memberi syafaat kepada dua kaumnya. Dan, Nabi menyebutnya sebagai orang
yang sangat terkenal di langit meski tidak dikenal di bumi.
Sosok tabiin mulia ini sebenarnya hidup di masa Rasulullah. Namun,
karena tidak ditakdirkan berjumpa dengan beliau maka bukan berkategori sahabat.
Definisi sahabat dalam ilmu hadis adalah mereka yang hidup di masa Rasulullah,
beriman kepadanya, dan pernah berjumpa atau melihat wajah Rasulullah meski
sekali.
Uwais, pemuda asal Qaran, Yaman, ini hari itu berpamitan kepada
ibunya untuk pergi ke pasar ternak. Ibunya yang sudah sepuh dan lumpuh
memberinya restu. Di salah satu sudut pasar, pemuda bersuku Murad ini membeli
lembu atau kerbau yang masih kecil. Setelah deal harga, lelaki berwajah belang
karena penyakit sopak ini membawanya pulang dengan memanggulnya.
Hari-hari Uwais yang dikenal sebagai penggembala kambing kini
dilaluinya dengan aktivitas yang “aneh”. Setiap pagi dan sore, Uwais
menggendong lembunya dari rumah menuju bukit yang ia buatkan kandang di
atasnya. Jelas saja, aktivitas “nyeleneh” ini hanya menambah daftar cemoohan
orang kepadanya, yang memang bagi Uwais sendiri merupakan menu akrab sejak
sepeninggal ayahnya, Amir ibn Juz ibn Murad al-Qairani. Lebih-lebih setelah
Uwais mengidap penyakit sopak yang membelangkan tubuhnya. Panggilan gila sering
mampir di telinganya.
Begitulah kini hari-hari seorang Uwais; memanggul lembu dari rumah
ke bukit. Dinikmatinya setiap ejekan tetangga karena dalam benaknya hanya satu;
fisiknya semakin hari semakin kuat hingga jelang bulan haji ia bisa menggendong
sang ibu untuk berangkat menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Bakkah atau
Makkah.
Rupanya itu jawabannya, ia membeli lembu kecil dan memanggulnya setiap hari dalam rangka melatih fisiknya supaya terbiasa dan kuat saat bulan haji nanti tiba. Sejak ibunya yang buta dan lumpuh itu menyampaikan hasrat hatinya ingin berangkat haji, Uwais hanya bisa memaku-merenung. Dirinya bukan orang berpunya, hasil gembala kambing habis hanya untuk makan dirinya dan ibunya di hari itu. Sedangkan, ia teramat ingin membahagiakan sang ibu. Sehingga, tercetuslah ide membeli lembu.
Rupanya itu jawabannya, ia membeli lembu kecil dan memanggulnya setiap hari dalam rangka melatih fisiknya supaya terbiasa dan kuat saat bulan haji nanti tiba. Sejak ibunya yang buta dan lumpuh itu menyampaikan hasrat hatinya ingin berangkat haji, Uwais hanya bisa memaku-merenung. Dirinya bukan orang berpunya, hasil gembala kambing habis hanya untuk makan dirinya dan ibunya di hari itu. Sedangkan, ia teramat ingin membahagiakan sang ibu. Sehingga, tercetuslah ide membeli lembu.
Kini, bobot lembu sudah mencapai 100 kg dan aktivitas “nyeleneh”
ini pun disudahinya. Dan di pagi itu Uwais merapat kepada sang bunda. “Ibu,
mari kita berangkat haji!”
“Dengan apa, Nak? Mana ada bekal untuk ke sana?” sahut sang ibu
dengan raut kaget.
“Mari Bu, aku gendong Ibu. Perbekalan insya Allah cukup. Jatah
makanku selalu aku tabung. Fisik ini insya Allah sudah cukup kuat!” ujar Uwais
meyakinkan sang ibu.
Sang ibu hanya bisa memburai air mata. Dan, pagi itu Uwais sang
anak saleh ini menyaruk kaki, melintasi sahara panas dengan menggendong sang
ibu tercinta. Berminggu-minggu ia lewati perjalanan mission impossible sejauh
600 km ini dengan penuh ikhlas dan sabar. Sampai akhirnya Ka’bah pun sudah berada
persis di depan matanya. Mereka berdua pun akhirnya berhaji, menyempurnakan
keberislaman mereka.
Allahu Akbar. Perjuangan yang berbuah manis. Benarlah janji Allah, setiap kebaikan sekecil apa pun pasti akan ada balasannya dari Allah. Sungguh setiap langkah Uwais telah menggetarkan langit. Pantaslah para malaikat terkesima dan membalas tasbih tak henti. Bakti yang luar biasa dan amal kebaikan yang tak bertepi dari Uwais mengangkat dirinya sebagai sosok yang sangat masyhur di seantero langit.
Allahu Akbar. Perjuangan yang berbuah manis. Benarlah janji Allah, setiap kebaikan sekecil apa pun pasti akan ada balasannya dari Allah. Sungguh setiap langkah Uwais telah menggetarkan langit. Pantaslah para malaikat terkesima dan membalas tasbih tak henti. Bakti yang luar biasa dan amal kebaikan yang tak bertepi dari Uwais mengangkat dirinya sebagai sosok yang sangat masyhur di seantero langit.
0 comments:
Posting Komentar