Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..
Sahabat Shalehku yang dirahmati ALLAH, Rasulullah memulai
hidupnya dengan qiyamullail (shalat malam / shalat tahajjud). Shalat tahajjud
adalah shalat pilihan. Tidak sembarangan hamba Allah yang mampu dan mau
mendirikan qiyamullail. Kita semua mungkin bisa bangun malam, tapi belum tentu
mau mendirikan shalat malam. Illa ‘ibadihil mushthafa, kecuali benar-benar
hamba pilihan-Nya. Maka yang mau mendirikan qiyamullail adalah benar-benar
hamba pilihan ALLAH.
Kemuliaan seorang Mukmin itu adalah pada shalat tahajjudnya.
Itulah yang membuat
mereka mulia.
Kata Nabi, seseorang
yang senantiasa mendirikan shalat tahajjud, jiwanya akan hidup.
Saat malam, saat
semua orang terlelap dalam tidurnya, ia bangun, melek mata hatinya. Di tengah
kegelapan dia mengakses nur hidayah Allah pada dirinya. Itulah mengapa disebut
hidup jiwanya. Tidak heran malaikat pun yang diciptakan dari cahaya
terkagum-kagum sehingga hormat pada hamba Allah yang senantiasa mendirikan
shalat tahajjud. SubhanAllah. Dan Allah ‘Azza
wa Jalla menjanjikan keutamaan bagi orang yang senantiasa mendirikannya,
“Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke
tempat yang terpuji.”
(QS. Al-Israa’: 79)
Hendaklah engkau
bangun di penghujung sepertiga malam sebagai shalat sunnah tambahan, maka
niscaya, tentu, dan pasti Allah akan memberikan kedudukan yang terpuji. Terpuji
di mata Allah. Karena itulah Allah memuji hamba-hamba-Nya yang senantiasa
mendirikan shalat malam.
Hai malaikat-Ku,
lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka menjauhkan punggung mereka dari tempat tidur
mereka.
Mereka beristighfar
di waktu sahur.
Dalam ayat yang
panjang di surah az-Zumar ayat 9 Allah menjelaskan,
Apakah sama hamba-Ku
yang bangun di tengah malam, yang mengharapkan ridha-Ku, rahmat-Ku, ampunan-Ku,
takut dengan azab-Ku, dengan mereka yang lelap dalam peraduan tidur? Samakah
hamba-Ku yang tahu dengan yang tidak tahu? Sesungguhnya hanya hambaku yang
tahu, yang cerdas, yang pintar sajalah yang mengingat-Ku ditengah malam.
“Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”
(QS. az-Zumar: 9).
Di antara ciri ulul
albab adalah mereka yang menikmati qiyamullail. Tidak heran mereka di puji
Allah, karena sangat mengagumkan.
Bahkan dalam hadits
qudsi ALLAH Swt berfirman…
Jika hamba-Ku bangun
di tengah malam, kemudian bertakbir, ‘Allahu Akbar,’ seakan-akan dia
memanggil-Ku.
Maka aku pun turun
ke muka bumi. Aku menghampiri hamba-Ku yang memelas di tengah malam.
‘Abdi, hamba-Ku…
‘Abdi, pilihan-Ku…
‘Abdi, kekasih-Ku…
Madza tathlubu minni? Apa yang engkau pinta dari-Ku?
Hal min sa’ilin? Adakah masalah-masalah yang bisa Aku bantu
untuk menyelesaikannya? Pasti akan Aku tunjukkan jalan keluar bagimu.
Hal min mustaghfirin? Adakah dosa-dosa yang ingin Aku
ampuni?
Fa’aghfirulah, pasti akan Aku ampuni.
Rintihan sukma,
tangisan batin, akan di dengar oleh Yang Maha Pendengar. Itulah waktu terpilih,
waktu utama. Lalu haruskah kita sia-siakan? Sedangkan waktu tidak pernah
berulang.
Maka sambutlah hari
dengan qiyamullail.
Rasulullah Saw
bersabda, “Hendaknya kalian mendirikan shalat malam, karena shalat malam
merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, dan sesungguhnya shalat
malam dapat mendekatkan diri kepada Allah, dapat mencegah perbuatan dosa,
menghapuskan kesalahan dan mengeluarkan penyakit dari tubuh.” (HR. at-Tirmidzi)
Begitu banyak
kegembiraan bagi orang yang mendirikan qiyamullail. Sampai-sampai Rasulullah
Saw memerintahkan agar bergembira bagi seorang suami yang bangun lebih dahulu
lalu membangunkan istrinya. Bahkan, beliau menambahkan, wadha’al maa’ fi wajhiha. Rasulullah lebih senang kalau laki-laki
itu memercikkan air ke wajah istrinya.
SubhanAllah.
Sejarah pun
mencatat, Islam itu ya’lu wala yu’la
alaih, meraih khairul ummah pada dua pertiga belahan bumi ini, bahkan adzan
menjadi nada musikal terbaik selama tujuh abad, ternyata perjuangan kala itu tidak
saja dibayar dengan tetesan darah, tapi juga dimulai dengan linangan air mata
tahajjud.
Berapa banyak
kelompok yang sedikit tapi beriman dapat mengalahkan kelompok yang banyak tapi
kafir dengan izin Allah.
Mereka memohon
kepada Allah di tengah malam, melakukan kekuatan batin, memperkuat iman, lalu
siang harinya berjuang, lantas mereka meraih kemenangan. Karena mereka memohon
kepada Allah, dan tujuan perjuangan mereka hanya kepada Allah.
Mendirikan shalat
tahajjud menunjukkan keikhlasan seorang hamba yang mengabdi kepada Allah. Kalau
kewajiban itu minal Khaliq ilal makhluq,
dari Allah kepada hamba-Nya, atau disebut perintah, sedangkan sunnah itu minal minal makhluq ilal Khaliq, kerelaan dan
keikhlasan diri mengabdi kepada Allah.
Ketika Imam
al-Ghazali ditanya oleh salah seorang muridnya, ”Apakah aku termasuk salah
seorang yang ikhlas?”
Dia menjawab dengan
balik bertanya, “Hal lakum nishfal-lail?
Apakah engkau termasuk orang yang bangun di tengah malam? Mendirikan shalat
Tahajjud?”
Maka mendirikan
shalat malam adalah ciri khas hamba Allah yang ikhlas, yang rela mengabdi
kepada Allah di tengah malam.
Shalat artinya doa.
Doa artinya memohon. Memohon artinya butuh. Saking butuhnya dia kepada Allah,
sampai-sampai saat malam pun (di saat orang-orang tertidur lelap) dia rela
bangun menghadap Allah. SubhanAllah… indah sekali.
Mari sahabatku
meraih kenikmatan dan kemuliaan dengan shalat tahajjud. Shalat tahajjud itu
penuh dengan keberkahan. Dan keberkahan-keberkahan itu hadir di tiap malamnya.
Mumpung masih hidup janganlah kita sia-siakan. Mungkin pada awalnya akan sulit,
tapi lama kelamaan jika sudah sudah terbiasa akan terasa ringan untuk
dijalankan. Generasi penerus
Rasulullah bukanlah generasi lemah dan mudah menyerah shalat tahajjud.
SubhanAllah, walhamdulillah
wala ilaha illallah wallahu Akbar.
Baca Juga :
Nak tanya hadith qudsi tu dari riwayat siapa?
BalasHapus