Kamis, 27 Februari 2014

Sunnah Nabi 1 : Qiyamullail (Shalat Malam / Shalat Tahajjud)

shalat tahajud dan kemuliaan-Nya

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Sahabat Shalehku yang dirahmati ALLAH, Rasulullah memulai hidupnya dengan qiyamullail (shalat malam / shalat tahajjud). Shalat tahajjud adalah shalat pilihan. Tidak sembarangan hamba Allah yang mampu dan mau mendirikan qiyamullail. Kita semua mungkin bisa bangun malam, tapi belum tentu mau mendirikan shalat malam. Illa ‘ibadihil mushthafa, kecuali benar-benar hamba pilihan-Nya. Maka yang mau mendirikan qiyamullail adalah benar-benar hamba pilihan ALLAH.

Kemuliaan seorang Mukmin itu adalah pada shalat tahajjudnya.

Itulah yang membuat mereka mulia.

Kata Nabi, seseorang yang senantiasa mendirikan shalat tahajjud, jiwanya akan hidup.

Saat malam, saat semua orang terlelap dalam tidurnya, ia bangun, melek mata hatinya. Di tengah kegelapan dia mengakses nur hidayah Allah pada dirinya. Itulah mengapa disebut hidup jiwanya. Tidak heran malaikat pun yang diciptakan dari cahaya terkagum-kagum sehingga hormat pada hamba Allah yang senantiasa mendirikan shalat tahajjud. SubhanAllah. Dan Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan keutamaan bagi orang yang senantiasa mendirikannya,

“Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79)

Hendaklah engkau bangun di penghujung sepertiga malam sebagai shalat sunnah tambahan, maka niscaya, tentu, dan pasti Allah akan memberikan kedudukan yang terpuji. Terpuji di mata Allah. Karena itulah Allah memuji hamba-hamba-Nya yang senantiasa mendirikan shalat malam.

Hai malaikat-Ku, lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka menjauhkan punggung mereka dari tempat tidur mereka.

Mereka beristighfar di waktu sahur.

Dalam ayat yang panjang di surah az-Zumar ayat 9 Allah menjelaskan,

Apakah sama hamba-Ku yang bangun di tengah malam, yang mengharapkan ridha-Ku, rahmat-Ku, ampunan-Ku, takut dengan azab-Ku, dengan mereka yang lelap dalam peraduan tidur? Samakah hamba-Ku yang tahu dengan yang tidak tahu? Sesungguhnya hanya hambaku yang tahu, yang cerdas, yang pintar sajalah yang mengingat-Ku ditengah malam.

“Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. az-Zumar: 9).

Di antara ciri ulul albab adalah mereka yang menikmati qiyamullail. Tidak heran mereka di puji Allah, karena sangat mengagumkan.

Bahkan dalam hadits qudsi ALLAH Swt berfirman…

Jika hamba-Ku bangun di tengah malam, kemudian bertakbir, ‘Allahu Akbar,’ seakan-akan dia memanggil-Ku.

Maka aku pun turun ke muka bumi. Aku menghampiri hamba-Ku yang memelas di tengah malam.

‘Abdi, hamba-Ku…

‘Abdi, pilihan-Ku…

‘Abdi, kekasih-Ku…

Madza tathlubu minni? Apa yang engkau pinta dari-Ku?

Hal min sa’ilin? Adakah masalah-masalah yang bisa Aku bantu untuk menyelesaikannya? Pasti akan Aku tunjukkan jalan keluar bagimu.

Hal min mustaghfirin? Adakah dosa-dosa yang ingin Aku ampuni?

Fa’aghfirulah, pasti akan Aku ampuni.

Rintihan sukma, tangisan batin, akan di dengar oleh Yang Maha Pendengar. Itulah waktu terpilih, waktu utama. Lalu haruskah kita sia-siakan? Sedangkan waktu tidak pernah berulang.

Maka sambutlah hari dengan qiyamullail.

Rasulullah Saw bersabda, “Hendaknya kalian mendirikan shalat malam, karena shalat malam merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, dan sesungguhnya shalat malam dapat mendekatkan diri kepada Allah, dapat mencegah perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan dan mengeluarkan penyakit dari tubuh.” (HR. at-Tirmidzi)

Begitu banyak kegembiraan bagi orang yang mendirikan qiyamullail. Sampai-sampai Rasulullah Saw memerintahkan agar bergembira bagi seorang suami yang bangun lebih dahulu lalu membangunkan istrinya. Bahkan, beliau menambahkan, wadha’al maa’ fi wajhiha. Rasulullah lebih senang kalau laki-laki itu memercikkan air ke wajah istrinya.

SubhanAllah.  

Sejarah pun mencatat, Islam itu ya’lu wala yu’la alaih, meraih khairul ummah pada dua pertiga belahan bumi ini, bahkan adzan menjadi nada musikal terbaik selama tujuh abad, ternyata perjuangan kala itu tidak saja dibayar dengan tetesan darah, tapi juga dimulai dengan linangan air mata tahajjud.

Berapa banyak kelompok yang sedikit tapi beriman dapat mengalahkan kelompok yang banyak tapi kafir dengan izin Allah.

Mereka memohon kepada Allah di tengah malam, melakukan kekuatan batin, memperkuat iman, lalu siang harinya berjuang, lantas mereka meraih kemenangan. Karena mereka memohon kepada Allah, dan tujuan perjuangan mereka hanya kepada Allah.

Mendirikan shalat tahajjud menunjukkan keikhlasan seorang hamba yang mengabdi kepada Allah. Kalau kewajiban itu minal Khaliq ilal makhluq, dari Allah kepada hamba-Nya, atau disebut perintah, sedangkan sunnah itu minal minal makhluq ilal Khaliq, kerelaan dan keikhlasan diri mengabdi kepada Allah.

Ketika Imam al-Ghazali ditanya oleh salah seorang muridnya, ”Apakah aku termasuk salah seorang yang ikhlas?”

Dia menjawab dengan balik bertanya, “Hal lakum nishfal-lail? Apakah engkau termasuk orang yang bangun di tengah malam? Mendirikan shalat Tahajjud?”

Maka mendirikan shalat malam adalah ciri khas hamba Allah yang ikhlas, yang rela mengabdi kepada Allah di tengah malam.

Shalat artinya doa. Doa artinya memohon. Memohon artinya butuh. Saking butuhnya dia kepada Allah, sampai-sampai saat malam pun (di saat orang-orang tertidur lelap) dia rela bangun menghadap Allah. SubhanAllah… indah sekali.

Mari sahabatku meraih kenikmatan dan kemuliaan dengan shalat tahajjud. Shalat tahajjud itu penuh dengan keberkahan. Dan keberkahan-keberkahan itu hadir di tiap malamnya. Mumpung masih hidup janganlah kita sia-siakan. Mungkin pada awalnya akan sulit, tapi lama kelamaan jika sudah sudah terbiasa akan terasa ringan untuk dijalankan. Generasi penerus Rasulullah bukanlah generasi lemah dan mudah menyerah shalat tahajjud.

SubhanAllah, walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu Akbar.

Baca Juga :


1 komentar: