Sabtu, 22 Februari 2014

Mengapa Kita Harus Berdzikir?

kenapa harus berdzikir

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.

Sahabatku yang dirahmati Allah, mengapa seorang mukmin itu harus berdzikir?

Pertama karena dia punya iman.

Dengan iman, orang itu akan banyak berdzikir,

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. al-Ahzaab: 41).

Makin kuat imannya, makin banyak dzikirnya. Kurang iman, kurang dzikir. Enggak ada iman, tidak mungkin seseorang menyebut nama ALLAH Swt.

Orang beriman itu, hatinya tenang dengan berdzikir. Ketahuilah, hanya dengan berdzikir hati menjadi tenang.

Karena itu dzikir adalah tha’mul iman, makanannya iman. Atau bisa disebut gizinya iman. 

Dengan berdzikir, maka iman seseorang menjadi bertambah kuat, maka sekaligus dzikir juga menjaga iman.

Orang beriman itu sangat cinta dengan Allah. Maka ia pun tidak mau berpisah dengan ALLAH Swt. Kita saja takut kehilangan sinyal ketika menelpon orang yang kita cintai. Karena itulah hati orang yang beriman harusnya senantiasa hidup dengan dzikrullah. Dan Rasulullah Saw selalu mengingat Allah kulla ahyanih, di setiap waktu, di mana dan kapan pun. Itulah yang digambarkan oleh Al-Qur’an.

Orang yang beriman itu berdzikir terus-menerus. Ulul albab itu adalah orang yang berdzikir terus-menerus. Itulah orang yang cerdas. Dunia adalah majelis dzikir baginya. Bumi jadi masjid. Rumah, kantor, dan hotel jadi mushalla baginya. Meja kerjanya jadi hamparan sajadah yang panjang. Napasnya tasbih, matanya rahmat dan bicaranya dakwah.

Kebaikan dan perbaikan terus terjadi dalam hidupnya. Karena ia terus menghubungkan dirinya dengan Allah. Selama berdzikir itu dia bersama Allah. Dan jika sudah bersama Allah, pasti dia bersama ridha-Nya, bersama rahmat-Nya, bersama ampunan-Nya, bersama hidayah-Nya, bersama berkah-Nya, juga bersama malaikat-Nya. Maka lahirlah ilham-ilham disitu. Bisikan-bisikan kebaikan, energi positif. Energi baik, energi taubat, inilah yang dirasakan oleh orang-orang yang berdzikir.

Kenapa ya, setelah berdzikir jadi mudah menangis?

Koq setelah berdzikir, jadi tambah sayang sama istri?

Setelah dzikir, koq maunya mencari rezeki yang halal?

Tadinya berdagang dengan culas, sekarang takut berbuat culas.

Itulah energi positif.

Maka dengan berdzikir, iman jadi meningkat, jadi senang ibadah, beramal shaleh semangat, akhlaknya juga jadi mulia.

Kedua dzikir itu adalah penghapus dosa.

Setiap manusia pasti berdosa. Siapa sih yang nggak berdosa? Sungguh berdosalah yang menganggap dirinya tidak berdosa.

Namanya tempat salah dan dosa adalah kita. Dan manusia yang bertakwa bukan berarti yang tidak pernah berdosa dan berbuat salah.

Orang yang bertakwa bukan yang nggak pernah salah. Dia pernah salah, pernah khilaf, tapi kemudian dia ingat Allah lalu dia meminta ampun kepada Allah dan bertekad tidak akan lagi mengulangi kesalahannya. Inilah perbedaan pribadi yang bertaqwa dengan lainnya.

Kalau berulang-ulang, itu namanya pendosa. Salah dalam dosa, insani, tapi hidup dalam dosa, setani namanya. Semua kita berdosa. Nah, setiap lafaz dzikir itu bisa membersihkan dosa.

Kaum Muslimin yang banyak berdzikir kepada Allah, dan kaum Muslimat yang banyak berdzikir kepada Allah, Allah persiapkan untuk mereka ampunan dosa dan ganjaran yang mulia.

Diampuni oleh Allah, kemudian diberi ganjaran yang mulia.

Rasulullah Saw bersabda, “Segala sesuatu itu ada sikatnya, ada pembersihnya. Sikat hati yang kotor, pembersih hati yang bernoda dosa, pengkilat hati yang berdebu, adalah dzikrullah.

Maka setiap kali kita berdzikir itu seperti kita menyikat hati kita, membersihkan hati kita, mengkilatkan hati kita, sehingga hati kita bersih. Karena dosa itu membuat gelisah. Salah seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasul, ma huwadz dzamb?”

“Ma haka fi shadrika…”  Jawab beliau.

Dosa itu adalah yang membuat engkau gelisah, dan engkau takut orang mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hatimu.

Hati jadi gelisah. Dan dengan diangkatnya dosa, hati jadi tenang.

Allahu Akbar!

Nah, hati yang bersih, pikiran jadi tajam.

Hati yang bersih, doa jadi mustajab.

Hati yang bersih, bicara jadi hikmah.

Keluarlah hikmah-hikmah dari mulutnya karena hatinya yang bersih.

Hati yang bersih dapat mengakses nur hidayah ALLAH Swt.

Sangat peka hatinya.

Melihat orang lain susah, ia menangis. Tidak bisa mendengar saudaranya di Ghaza, Palestina, di Afganistan dizalimi terus. Hatinya selalu gundah gulana. Menangislah ia.

Kemudian, kalau hati bersih, pikiran jadi jernih. Akhlak pun jadi mulia. Kemudian ia menjadi perhatian para malaikat. Di situlah berasal bisikan-bisikan kebaikan itu. Dan hati yang bersih adalah bukan hanya sumber kesuksesan di akhirat, di dunia pun ia sudah sukses.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” (QS. asy-Syams: 9)

Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya, dan rugilah orang yang mengotori hatinya. Menanglah orang yang selalu mensucikan hatinya dengan dzikir dan shalat.

Tapi sayang, kalian lebih memilih dunia.

Allahu Akbar Walillahilhamd.

Ketiga, kenapa kita harus berdzikir?

Karena kita punya hawa nafsu. Yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu setan, nafsu maksiat, nafsu hewan, nafsu liar, nafsu buas, nafsu berbuat zalim. Itu semua tidak bisa dibunuh. Nafsu itu selalu ada menyertai kita. Dan itu adalah ujian bagi kita.
Nafsu itu maunya maksiat, maunya berbuat zalim, maunya berzina, maunya korupsi, maunya menipu,

Kecuali nafsu yang dirahmati Allah.

Lalu bagaimana mendapatkan rahmat Allah?

Nafsu yang dirahmati Allah adalah nafsu yang selalu diajak berdzikir kepada ALLAH Swt. Karena dirinya selalu berdzikir kepada Allah, maka nafsunya dirahmati oleh Allah. Itulah nafsu muthma ‘innah.

Maka maunya apa?

Maunya selalu beramal shaleh.

Nafsunya apa?

Nafsunya adalah taat.

Itulah yang disebut nafsu muthma ‘innah. Dia tenang dalam berdzikir. Dia senang ke masjid. Dia senang shalat tahajjud. Dia senang shalat dhuha. Dia senang berderma, berbagai terjemahan dari nafsu yang dirahmati ALLAH Swt.

Keempat, kenapa kita harus berdzikir?

Karena kita akan mati.

Setiap jiwa pasti akan mati. Artinya, setiap dari kita sudah divonis mati oleh ALLAH Swt. Oleh karena itu, dengan ingat mati akan bangkit energi ibadah. Semangat beramal shaleh dan berakhlak mulia. Ikhlas, istiqamah, rendah hati, syukur, tawakal, wara’ dan zuhud.

Karena kita sudah divonis mati, maka kita harus mempersiapkan kematian dan kehidupan setelah mati.

Al-mautu mastur, kematian itu dimesterikan oleh ALLAH Swt. Kita tidak tahu, kapan, dimana, dan bagaimana kita mati. Oleh karena itu, orang beriman tidak peduli kapan dan dimana ia akan mati, tapi orang beriman itu sangat peduli bagaimana ia mati.

Karena itulah yang akan menentukan perjalanan berikutnya setelah kita mati. Di alam kubur, ketika dibangkitkan, dikumpulkan di Padang Mahsyar, penentuan pemberian kitab, diberikan sebelah kanan atau kiri, melewati shirath, selamat atau tidak, surga atau tidak, itu semua ditentukan ketika kita sakaratul maut.

Rasulullah Saw bersabda, “Yang paling cerdas diantara umatku ialah mereka yang selalu ingat mati, lalu senantiasa mempersiapkan kehidupan setelah mati.”

Karena itulah ini semua harus kita jaga dengan dzikrullah. Tengah malam pun kita dianjurkan berdzikir.

“Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. adz-Dzaariyaat: 18).
Setelah shalat tahajjud istighfar lagi, setelah shalat dzikir lagi, istighfar lagi.
Bekerja saja kita diperintahkan untuk berdzikir.

“… Dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. al-Jumu’ah: 12)

Carilah rejeki yang halal, dan teruslah berdzikir, niscaya kalian akan sukses.

Seorang pedagang, ingin sukses dagangannya, sertailah dengan dzikir.

Professional muda yang bekerja, janganlah putus berdzikir, insya Allah akan diberkahi oleh Allah.

Rasulullah Saw bersabda, siapa yang melazimkan berdzikir, beristighfar, bershalawat, niscaya Allah mudahkan ketika ia sulit, Allah gembirakan saat ia sedih, dan Allah akan memberikan rezeki dari jalan yang ia tidak duga-duga.

Ini sekaligus jawaban bagi yang bertanya, “Ustadz, bagaimana sih supaya lancar rezeki saya?”

“Ustadz, bagaimana sih supaya mudah bertemu jodoh?”

Insya Allah… mudah semua!

Bahkan jihad pun tidak dipisahkan dengan dzikir.

Jika kalian menjumpai musuh yang menyerang, maka hadapilah. Jadi Islam tidak diajarkan menyerang, tapi membela diri. Hadapilah dengan segala kekuatan kalian, dan teruslah berdzikir kepada Allah.

Bung Tomo, Allah yarham, pahalawan kita, karena ia mengumpulkan pahala-pahala yang amat banyak, sehingga kita bisa menikmati kemerdekaan ini, sehingga berkat rahmat Allah, hanya pecundang kemudian yang menikmati kemerdekaan dengan mengkorup negeri ini sehingga jadi begini keadaan negeri kita.

Tapi apa pun ini adalah negeri kita yang harus kita perbaiki. Pintunya adalah dakwah, pintunya adalah kembali berdzikir dan bertaubat.

Allahu Akbar.

Rasulullah Saw pun menggenderangkan jihad dengan Allahu Akbar… Allahu Akbar! Ketika itu, unta-unta dan kuda-kuda lawan bergetar semua. Karena kalau sudah Allahu Akbar, semuanya bukan hanya kecil dan kerdil, tapi tidak ada apa-apanya. 

Oleh karena itu orang yang senantiasa berdzikir pasti menginginkan wafat dalam keadaan berdzikir. Makanya kita selalu berdoa, “Ya Allah, wafatkanlah kami dalam keadaan beriman, dalam keadaan Islam, dalam keadaan berwudhu, dalam keadaan berdzikir. Bimbinglah kami disaat-saat terakhir hidup kami untuk bisa mengucapkan, la ilaha illallah Muhammadar Rasulullah…”

Dan perhatikan, sesungguhnya Allah akan memanggil ruhnya orang yang berdzikir dan orang yang shaleh dengan, ya ayyatuhannafsul muthma ‘innah.

Koq, nafsu muthma ‘innah yang dipanggil?

Mau tau, siapa empu hati yang tenang itu?

Yaitu orang yang berdzikir. Hal ini sebagaimana dalam Al-Qur’an surah ar-Ra’d ayat 28.

Hatinya tenang dengan berdzikir.

Maka saat dicabut nyawanya, ia dalam keadaan berdzikir.

Sehingga malaikat yang selalu berdzikir dan bertasbih siang malam itu (tidak pernah putus walau sesaat) tahu bahwa hamba tersebut senang berdzikir, tatkala malaikat mau mencabut nyawanya, malaikat itu mengucapkan salam, 

“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka), ‘Salamun ‘alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. an-Nahl: 32).

Apa kata malaikat?

Ini sahabatku yang selalu berdzikir. Aku mengenalnya, karena ia selalu berdzikir seperti aku.

“Wahai calon penghuni surga. Keselamatan bagimu. Karena engkau senang beramal rupawan.”

Saat dicabut nyawanya, ia sedang beramal shaleh. Dan amal shalehnya ialah berdzikir. SubhanAllah.

0 comments:

Posting Komentar