Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..
Sahabat Shalehku yang dirahmati ALLAH, Rasulullah Mentadabburkan Al-Qur’an; membaca; mengaji dan mengkaji Al-Qur’an. Beliau dibimbing oleh Allah
melalui malaikat Jibril. Karena itu dianjurkan kepada kita untuk membaca
Al-Qur’an di waktu fajar, sebelum shubuh, atau sesudah shalat shubuh sebelum
matahari terbit; sebelum mata melihat dunia, komputer, fulus, dolar,
peristiwa-peristiwa dunia di siang hari, sebaiknya mata kepala ini melihat Al-Qur’an
terlebih dahulu.
Hasil seminar di Malaysia tahun 1983 sangat menakjubkan,
ternyata mata manusia syarafnya sesuai dengan huruf-huruf Al-Qur’an. Sehingga
orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an matanya akan sehat. Bahkan dapat
menyehatkan mata yang sakit.
Maka tidak heran ulama-ulama senior kita, walaupun sudah
sepuh masih bisa melihat dengan jernih karena beliau selalu membaca Al-Qur’an,
sehingga Allah menyehatkan matanya. Itu mata kepala, apalagi mata hati. Allah
memberikan nur, bimbingan, kepada orang-orang yang membaca Al-Qur’an sebelum
kakinya melangkah ke dunia ini, sebelum pikirannya memikirkan dunia ini,
sebelum matanya melihat dunia ini. Al-Qur’an masuk ke dalam hatinya, sehingga
hatinya menjadi terang benderang, dia tidak mudah terprovokasi oleh dunia ini.
Dan tentu membacanya bukan sekadar membaca, bukan sekadar mengaji seperti
selama ini, tapi mengkajinya.
Ali bin Abi Thalib mengingatkan, “Laa qiraa’ata illaa bit-tadabbur.”
“Tidaklah ada bacaan
Al-Qur’an kecuali dengan tadabbur.”
Yaitu membaca dengan
pemahaman.
Kita semua mungkin
sudah berkali-kali mengkhatamkan Al-Qur’an. Tapi sedikit sekali dari kita yang
mengkhatamkan terjemahan Al-Qur’an. Sejujurnya, kita masih belum banyak paham
tentang Al-Qur’an. Bagaimana Al-Qur’an itu bisa hidup dalam diri kita?
Bagaimana kita mengharapkan tegaknya syariat Allah di negeri ini? Karena
mayoritas kita belum paham kandungan dari isi Al-Qur’an. Jika belum paham
bagaimana bisa menghayati. Padahal penghayatan akan menimbulkan kecintaan,
kecintaan kepada Allah, kecintaaan kepada Al-Qur’an.
Coba kalau nggak
percaya, datanglah ke rumah salah satu Muslim, ketoklah pintunya, ucapkan
salam, mintalah darinya Al-Qur’an yang ada di rumah Muslim itu, pegang, lalu
kembalikan kepadanya. Ucapkan salam, pulang. Setelah itu lihatlah telunjuk
tangan kita. Tangan kita berdebu, bukan? Kenapa? Karena Al-Qur’an jarang
disentuh, apalagi dibaca. Al-Qur’an hanya menjadi pajangan. Kalaupun disentuh cuma
karena ada kepentingan, ada yang meninggal, ada yasinan, sekadar-sekadar saja
dan itu pun membacanya berat sekali.
Nah, tadabbur itulah yang membuat Al-Qur’an jadi bermakna.
Al-Qur’an itu adalah
petunjuk hidup yang bisa menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Kalau
tidak dibaca, lalu apa dong petunjuk hidup kita? Bukankah kita ingin selamat?
Kalau begitu peganglah Al-Qur’an sebagai penyelamat kita di dunia dan di
akhirat.
Sekali lagi, kalau
nggak di baca, apa dong petunjuk hidup kita? Omongan manusia? Koran? TV?
Yudhilluka ‘an
sabiilillaah, niscaya itu semua akan menyesatkan kita dari jalan Allah. Lalai
kita akhirnya.
Bacalah Al-Qur’an,
huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, kita pahami, kita
hayati, kalau tidak?
Lagi-lagi ALLAH Swt
mengingatkan kita dalam surah an-Nisaa’ ayat 43…
Engkau mabuk,
sehingga engkau benar-benar paham dari semua yang kau baca, kau mengerti dari apa
yang kau ucapkan, kita menjadi seorang pemabuk, yang tidak sadar apa yang
dikatakan, apa yang diperbuat.
Inilah yang terjadi
selama ini kepada umat Islam. Shalat demi shalat dikerjakan tapi ternyata tidak
mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Malah semakin menjadi-jadi
perbuatan mungkar yang dilakukan walaupun shalat.
Shaum Ramadhan juga ternyata tidak membuat kita lebih
fitrah, lebih takwa. Berapa kali bulan Ramadhan kita lalui? Ternyata kita masih
belum menjadi hamba yang bertakwa. Begitu juga ibadah haji? Masya Allah… negeri
kita ini paling banyak jamaah hajinya, tapi korupsinya terbesar di dunia.
Ternyata selama ini
kita terjebak dalam rutinitas ritual. Belum melahirkan ritual yang berkualitas.
Kenapa? Karena kita masih beribadah dalam keadaan mabuk, tidak paham apa yang
kita ucapkan dalam shalat.
Karena itulah Ali Ra
mengingatkan, “Laa qiraa’ata illaa bit-tadabbur.”
Tidak ada bacaan
Al-Qur’an kecuali dengan tadabbur, yaitu pemahaman dan penghayatan.
Carilah guru yang
alim dan istiqamah, duduk di
majelis-majelis ilmu, sehingga kita terus mendapatkan bimbingan. Apakah itu
tiap pekan, syukur-syukur bisa lebih. Sehingga kehidupan yang kita jalani ini
sesuai dengan petunjuk ALLAH Swt.
Bahkan Allah Swt
mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadits qudsi yang sangat indah…
Kalau engkau ingin diskusi dengan-Ku, bicara dengan-Ku, ingin ngomong dengan-Ku, hendaklah engkau membaca Qur’an-Ku.
SubhanAllah.
Ternyata kita bisa
berdiskusi dengan Allah, bisa berbicara dengan Allah. Allah yang menciptakan
kita. Allah yang memiliki kita. Allah yang mengatur alam semesta ini. Alangkah
indahnya jika kita bisa berdialog langsung kepada-Nya dengan membaca Al-Qur’an.
Mestinya ini dapat
memacu kita untuk terus senantiasa membaca Al-Qur’an.
Lalu, haruskah kita
lalui hari tanpa membaca Al-Qur’an?
Sudahkah hari ini
anda membaca Al-Qur’an?
Siapa sih yang nggak
ingin berdialog dengan Allah?
Sungguh alangkah
bahagianya.
Maka cintailah
Al-Qur’an dengan membaca, mempelajari dan mengamalkannya.
Rasulullah Saw
sangat sedih tatkala umat Islam meninggalkan Al-Qur’an. Mereka hijrah
meninggalkan Al-Qur’an dan mencari bacaan-bacaan murahan. Bahkan mereka
menjadikan bacaan-bacaan murahan itu seperti Al-Qur’an.
Sahabatku yang
dirahmati ALLAH, inilah saatnya kita senantiasa membaca, memahami,
menghayatinya. Mempelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh lalu kita ajarkan
kepada yang lain. Karena sebaik-baik manusia di muka bumi ini adalah mereka
yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.
Yang belajar lalu
mengajarkan Al-Qur’an.
Hanya dengan
Al-Qur’an kita dibimbing oleh Allah Swt. Selamat di dunia, dan selamat pula di
akhirat. Dan Al-Qur’an itu adalah mukjizat yang Allah jaga sampai hari kiamat.
Sekali lagi,
Al-Qur’an adalah mukjizat. Mukjizat yang diabadikan oleh Allah sampai hari
kiamat. Mestinya kita terkagum-kagum melihat mukjizat itu. Tidak heran mereka
yang membacanya pun Allah beri kehidupan dalam hidupnya untuk menyelesaikan
problematika kehidupan ini. Al-Qur’an menjadi nur, cahaya di tengah zaliman
yang saat ini merajalela. Al-Qur’an menjadi furqan baginya; pembeda yang halal,
haram, haq dan batil, sehingga dia sangat jelas melihat perkara yang halal,
haram, yang haq dan batil, lalu dia pun diberikan kemampuan dan kemauan untuk
melaksanakan yang haq dan menjauhi yang batil. Sangat indah sekali
Ayo kita mulai saat
ini juga!
Jangan tunda lagi!
Peganglah Al-Qur’an.
Bacalah dengan berwudhu. Simaklah setiap lafaz, kata, dan rasakan Allah sedang
berbicara dengan kita melalui Al-Qur’an.
Apakah sahabatku
sudah memiliki Al-Qur’an? Bila belum, miliki segera :
Semoga bermanfaat
SubhanAllah,
walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu Akbar.
Baca Juga :
0 comments:
Posting Komentar